Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar.
Ikan ini diintroduksi
dari Afrika,
tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang
populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia.
Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Pemeliharaan
Ikan
peliharaan yang berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor)
mencapai sekitar 30 cm dan kadang ada yang lebih dan ada yang kurang dari itu.
Sirip punggung ( pinnae dorsalis) dengan 16-17 duri (tajam) dan 11-15
jari-jari (duri lunak); dan sirip dubur (pinnae analis) dengan 3 duri
dan 8-11 jari-jari.
Tubuh
berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang)
yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12
buah. Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung
dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim berbiak.ada
garis linea literalis pada bagian truncus fungsinya adalah untuk alat
keseimbangan ikan pada saat berenang
Ikan nila
yang masih kecil belum tampak perbedaan alat kelaminnya.Setelah berat badannya mencapai 50 gram, dapat diketahui perbedaan antara jantan dan betina.
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya
dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus terdapat lubang
genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma.
Tubuh ikan jantan juga berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar
ke belakang yang memberi kesan kokoh.sedangkan yang betina biasanya pada bagian
perutnya besar.
Kebiasaan dan penyebaran
Ikan nila
dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora),
pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan
sebagai pengendali gulma air.
Ikan ini
sangat peridi, mudah berbiak.
Secara alami, ikan nila ditemukan mulai dari Syria
di utara hingga Afrika timur sampai ke Kongo dan Liberia;
yaitu di Sungai Nil, Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Diyakini pula bahwa pemeliharaan ikan ini telah berlangsung semenjak peradaban Mesir Purba. Telur ikan nila berbentuk
bulat berwarna kekuningan dengan diemeter sekitar 2,8 mm.
Sekali memijah, ikan nila betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500
butir, tergantung pada ukuran tubuhnya. Ikan nila mempunyai kebiasaan yang unik
setelah memijah, induk betinanya mengulum telur-telur yang telah dibuahi di
dalam rongga mulutnya.
Perilaku ini disebut mouth breeder (pengeram telur dalam mulut).
Karena
mudahnya dipelihara dan dibiakkan, ikan ini segera diternakkan di banyak negara
sebagai ikan konsumsi, termasuk di pelbagai daerah di Indonesia. Akan tetapi
mengingat rasa dagingnya yang tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah
mencapai harga yang tinggi. Di samping dijual dalam keadaan segar, daging ikan
nila sering pula dijadikan filet.
Anak jenis dan kerabatnya
Ada beberapa
anak jenis ikan nila, di antaranya:
- Oreochromis niloticus baringoensis Trewavas, 1983
- Oreochromis niloticus cancellatus (Nichols, 1923)
- Oreochromis niloticus eduardianus (Boulenger, 1912)
- Oreochromis niloticus filoa Trewavas, 1983
- Oreochromis niloticus niloticus (Linnaeus, 1758)
- Oreochromis niloticus sugutae Trewavas, 1983
- Oreochromis niloticus tana Seyoum & Kornfield, 1992
- Oreochromis niloticus vulcani (Trewavas, 1983)
Ikan nila
berkerabat dekat dengan mujair (Oreochromis mossambicus). Dan sebagaimana
kerabatnya itu pula, ikan nila memiliki potensi sebagai ikan yang invasif apabila
terlepas ke badan-badan air alami.
Genus Oreochromis
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan toleransi terhadap kualitas air pada kisaran yang
lebar. Anggota-anggota genus ini dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang
ekstrem sekalipun, karena sering ditemukan hidup normal pada habitat-habitat
di mana jenis ikan air tawar lainnya tak dapat hidup.
Nilai gizi
Ikan nila
dan mujair merupakan sumber protein hewani murah bagi konsumsi manusia. Karena budidayanya
mudah, harga jualnya juga rendah. Budidaya dilakukan di kolam-kolam atau tangki
pembesaran. Pada budidaya intensif, nila dan mujair tidak dianjurkan dicampur
dengan ikan lain karena memiliki perilaku agresif.
Nilai kurang
bagi ikan ini sebagai bahan konsumsi adalah kandungan asam lemak
omega-6 yang tinggi sementara asam lemak omega-3 yang rendah. Komposisi ini
kurang baik bagi mereka yang memiliki penyakit yang berkait dengan peredaran darah.
Budidaya dan pembenihan
Langkah
pertama dalam budidaya
ikan nila ialah pemilihan induk ikan yang akan dibiakkan. Sebagai induk dipilih
ikan-ikan yang telah cukup umurnya dan siap memijah. Rasio ideal antara induk
jantan dan betina adalah 1:3. Padat penebarannya disesuaikan dengan wadah atau kolam pemeliharaan. Ikan
nila yang dipelihara dalam kepadatan populasi tinggi, pertumbuhannya kurang
pesat.
Hal
berikutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas air kolam pemeliharaan.
Kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi
lambat. Beberapa parameter yang menentukan
kualitas air, di antaranya:
- Suhu
Suhu atau temeperatur
air sangat berpengaruh terhadap metebolisme
dan pertumbuhan organisme serta memengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi
organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran
14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C
namun suhu yang baik untuk perkembangbiakannya berkisar antara 25-30 °C.
- pH
Nilai pH merupakan indikator
tingkat keasaman
perairan . Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas fotosintesis,
suhu, dan terdapatnya anion
dan kation.
Nilai pH yang ditoleransi ikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi
pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7–8 .
- Amonia
Aminia merupakan bentuk utama ekskresi nitrogen dari organisme akuatik. Sumber utama
amonia (NH3) adalah bahan organik dalam bentuk sisa
pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton
dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang banyak
mengandung protein,
menghasilkan aminium (NH4+) dan NH3.
Bila proses lanjut dari pembusukan tidak
berjalan lancar maka dapat terjadi penumpukan NH3 sampai pada konsentrasi yang
membahayakan bagi ikan.
- Oksigen terlarut
Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, aktivitas berenang,
pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Sumber oksigen perairan dapat
berasal dari difudi
oksigen yang terdapat di atmosfer sekitar 35% dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan
air dan fitoplankton.
Kadar oksigen terlarut yang optimal bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih
dari 5 mg/l.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di
dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan
air disebabkan oleh adanya plankton; air yang kaya plankton dapat berwarna hijau
kekuningan dan hijau kecoklatan karena banyak mengandung diatom.
Plankton ini baik sebagai makanan ikan nila, sedangkan plankton biru kurang
baik. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar